Minggu, 22 November 2015

Kepemimpinan dan Desain Struktur Organisasi


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Kepemimpinan merupakan lokomotif organisasi yang selalu menarik dibicarakan. Daya tarik ini didasarkan pada latar historis yang menunjukkan arti penting keberadaan seorang pemimpin dalam setiap kegiatan kelompok dan kenyataan bahwa kepemimpinan merupakan sentrum dalam pola interaksi antar komponen organisasi. Lebih dari itu, kepemimpinan dan peranan pemimpin menentukan kelahiran, pertumbuhan dan kedewasaan serta kematian organisasi.
            Selain kepemimpinan, dalam suatu organisasi harus memiliki struktur yang jelas atau transparan, struktur organisasi tersebut dibutuhkan karena pembagian kerja, pendelegasian kewenangan serta pengendalian kerja harus ada dalam suatu organisasi agar berjalan dengan semestinya tanpa kendala dan dapat mencapai sebuah keputusan bersama atau suatu tujuan dalam organisasi tersebut. Dengan adanya struktur organisasi tersebut maka seluruh bidang dan anggota mendapat tugas dan kewajiban masing - masing secara terarah atau sesuai dengan wewenang yang telah ditentukan secara jelas.
            Oleh karena itu, dua hal diatas sungguh penting dalam suatu organisasi. Dalam penulisan yang dibuat ini, akan di bahas masing masing pengertian dan penjabaran serta penjelasan dari Kepemimpinan dan Desain Struktur Organisasi.

B. Tujuan
1.    Mengetahui teori dan arti penting kepemimpinan.
2.    Mengetahui apa yang dimaksud dengan Tipologi Kepemimpinan.
3.    Menyebutkan dan menjelaskan faktor - faktor yang mempengaruhi kepemimpinan.
4.    Menjelaskan Implikasi Manajerial Kepemimpinan dalam organisasi.
5.    Menjelaskan Dimensi Struktur Organisasi.
6.    Mengetahui apa yang dimaksud Departemenstalisasi.
7.    Menyebutkan dan Menjelaskan Model -Model Desai Organisasi.
8.    Menjelaskan Implikasi Manajerial Desain dan Struktur Organisasi.

C. Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud teori dan arti penting kepemimpinan.
2.    Apa yang dimaksud dengan Tipologi Kepemimpinan.
3.    Apa saja faktor - faktor yang mempengaruhi kepemimpinan.
4.    Apa penjelasan Implikasi Manajerial Kepemimpinan dalam organisasi.
5.    Apa yang dimaksud Dimensi Struktur Organisasi.
6.    Apa yang dimaksud Departemenstalisasi?
7.    Apa saja Model -Model Desai Organisasi?
8.    Apa penjelasan Implikasi Manajerial Desain dan Struktur Organisasi?

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Kepemimpinan
1. Teori dan Arti Penting Kepemimpinan
        Pemimpin adalah pribadi yang memiliki superioritas tertentu, sehingga dia memiliki kewibawaan dan kekuasaan untuk menggerakkan orang lain melakukan usaha bersama guna mencapai sasaran tertentu (Kartono, 2005).
   Pemimpin merupakan agen perubahan, orang yang perilakunya akan lebih memengaruhi orang lain daripada perilaku orang lain yang memengaruhi mereka. Kepemimpinan timbul ketika satu anggota kelompok mengubah motivasi atau kompetensi anggota lainnya di dalam kelompok”.
      Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi dan mengarahkan berbagai tugas yang berhubungan dengan aktivitas anggota kelompok. Kepemimpinan juga diartikan sebagai kemampuan mempengaruhi berbagai strategi dan tujuan, kemampuan mempengaruhi komitmen dan ketaatan terhadap tugas untuk mencapai tujuan bersama; dan kemampuan mempengaruhi kelompok agar mengidentifikasi, memelihara dan mengembangkan budaya organisasi (Shegdill dalam Stoner dan Freeman 1989: 459-460).
     Banyak definisi diberikan tentang kepemimpinan, antara lain: George R.Terry, Leadership is the activit of influencing people to strive willingly for group objectives. Stoner, kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiata-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.
       Harold Koontz and Cyril O’Donnell, state that leadership is influencing people to follow in the achivement of a common goal. Handbook of Leadership, memberikan definisi kepemimpinan sebagai “suatu interaksi antar anggota suatau kelompok.
a)  Konsep Kepemimpinan
     Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995). Keduanya menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat diterangkan melalui tiga aliran teori berikut ini. Ditinjau dari sejarah perkembangannya dapat dikemukakan disini adanya tiga teori kepemimpinan:
b)  Teori Sifat
      Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Ghizeli dan Stogdil:
1)     Kecerdasan
2)     Kemampuan mengawasi
3)    Inisiatif
4)    Ketenangan diri
5)    Kepribadian
       Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain: terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagaio rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin, justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
c)  Teori Perilaku
     Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok kearah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pimpinan mempunyai deskripsi perilaku:
·  Konsiderasi dan struktur inisiasi
   Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki cirri ramah tamah, mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Disamping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih meningkatkan tugas organisasi.
·  Berorientasi kepada bawahan dan produksi
   Perilaku pemimpin yang berorientasi kepada baawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
d)  Teori Situasional
          Keberhasilan seorang pimpinan menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan factor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah:
·      Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas
·      Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
·      Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan
·      Norma yang dianut kelompok
·      Rentang kendali
·      Ancaman dari luar organisasi
·      Tingkat stress
·      Iklim yang terdapat dalam organisasi
         Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinan agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntunan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntunan situasi tertentu.
2.  Tipologi Kepemimpinan
               Tipologi kepemimpinan disusun dengan titik tolak interaksi personal yang ada dalam kelompok .Tipe-tipe pemimpin dalam tipologi ini dapat dikelompokkan dalam kelompok tipe berdasarkan jenis-jenisnya antara lain:
a)  Tipe Otokratis.
          Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi, Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata, Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat, Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya, Dalam tindakan pengge-rakkannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
b)  Tipe Militeristis
        Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut : Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan, Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya, Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan, Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan, Sukar menerima kritikan dari bawahannya, Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
c)  Tipe Paternalistis.
          Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut :
         menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa, bersikap terlalu melindungi (overly protective), jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya, dan sering bersikap maha tahu.
d)  Tipe Karismatik.
          Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ‘ganteng”.
e)  Tipe Demokratis.
          Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern.Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia, selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya, senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya, selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan, ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain, selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya, dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
3.  Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan
Suwatno (2001:161), mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan adalah sebagai berikut :
a)    Faktor genetis
Adalah faktor yang menampilkan pandangan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena latar belakang keturunannya.
b)    Faktor sosial
Faktor ini pada hakikatnya semua orang sama dan bisa menjadi pemimpin. Setiap orang memiliki kemungkinan untuk menjadi seorang pemimpin, dan tersalur sesuai lingkungannya.
c)    Faktor bakat
Faktor yang berpandangan bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi seorang pemimpin yang baik, apabila orang itu memang dari sejak kecil sudah membawa bakat kepemimpinan.
4.  Implikasi Manajeraial Kepemimpinan dalam Organisasi
           Kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain yaitu para bawahan dan mereka harus menerima arahan dari pemimpin. Pemimpin harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri, sikap bertanggung jawab yang tulus, pengetahuan dan keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan pada diri sendiri dan orang lain dalam membangun organisasi.
        Di dalam teori manajerial terdapat 2 orientasi yang dijadikan ukuran yaitu berfokus pada manusia dan pada tugas. Sebagai seorang pemimpin, bertugas memberikan arahan serta bimbingan terhadap bawahannya, sehingga mereka dapat mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Implikasi teori ini terhadap system komunikasi organisasi adalah bahwa teori ini memandang pentingnya komunikasi dalam menjalankan kepemimpinan dengan lima gaya yang berbeda dari para pemimpin. Adanya orientasi terhadap dua aspek tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam organisasi harus memperhatikan hubungan antar individu satu dengan lainnya sebagai motivasi dalam mengerjakan tugas.
            Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu terjun diberbagai kalangan baik itu dengan para pimpinan lainnya, maupun dengan bawahan sebagai asset berharga organisasi



B.  Desain dan Struktur Organisasi
1.  Dimensi Struktur Organisasi
               Empat desain keputusan (pembagian kerja, pendelegasian kewenangan, pembagian departemen, dan rentang kendali) menghasilkan struktur organisasi, Para peneliti dan praktisi manajemen berusaha untuk mengembangan pemahaman mengenai hubungan antar struktur dan kinerja, sikap, keefektifan, dan variabel lainnya. Secara umum, gambaran mengenai struktur meliputi formalisasi, sentralisasi, dan kerumitan.
a)    Formalisasi
Formalisasi mengacu derajat dimana segala harapan mengenai cara dan tujuan pekerjaan dirumuskan, ditulis dan diberlakukan. Suatu organisasi yang sangat formal, akan memuat prosedur dan aturan yang ketat dalam setiap kegiatan / pekerjaan di dalam organisasi. Dengan demikian, semakin formal suatu organisasi, maka semakin ketat pula aturan dan prosedur kerja. Formalisasi merupakan hasil dari spesialisasi kerja yang tinggi, pendelegasian kewenangan yang tinggi, pembagian departemen berdasarkan fungsi, dan luasnya rentang kendali.
b)    Sentralisasi
Sentralisasi merupakan dimensi struktur organisasi yang mengacu pada derajat dimana kewenangan untuk mengambil keputusan dikuasai oleh manajemen puncak. Hubungan sentralisasi dengan empat desain keputusan adalah sebagai berikut : Semakin tinggi spesialisasi kerja, semakin besar sentralisasi, Semakin sedikit kewenangan yang didelegasikan, semakin besar sentralisasi, Semakin besar penggunaan departemen berdasarkan fungsi, semakin besar sentralisasi, Semakin luas rentang kendali, semakin besar sentralisasi.
c)    Kerumitan
Kerumitan (complexity) adalah suatu struktur organisasi yang mengacu pada jumlah pekerjaan atau unit yang berbeda dalam organisasi.
2.  Departementalisasi
               Departementalisasi adalah proses penentuan cara bagaimana kegiatan yang dikelompokkan. Beberapa bentuk departementalisasi sebagai berikut :
1) Fungsi
2) Produk atau jasa
3) Wilayah
4) Langganan
5) Proses atau peralatan
6) Waktu
7) Pelayanan
8) Alpa-numeral
9) Proyek atau matriks
               Departementalisasi fungsional mengelompokkan fungsi – fungsi yang sama atau kegiatan – kegiatan sejenis untuk membentuk suatu satuan organisasi. Organisasi fungsional ini barangkali merupakan bentuk yang paling umum dan bentuk dasar departementalisasi.
               Departementalisasi Divisional :Organisasi Divisional dapat mengikuti pembagian divisi-divisi atas dasar produk, wilayah (geografis), langganan, dan proses atau peralatan. Struktur organisasi divisional atas dasar produk. setiap departemen bertanggung jawab atas suatu produk atau sekumpulan produk yang berhubungan (garis produk).
               Divisionalisasi produk adalah pola logika yang dapat diikuti bila jenis-jenis produk mempunyai teknologi pemrosesan dan metode-metode pemasaran yang sangat berbeda satu dengan yang lain dalam organisasi. Sturktur organisasi divisional atas dasar wilayah. Departementalisasi wilayah , kadang-kadang juga disebut depertementalisasi daerah , regional atau geografis , adalah pengelompokkan kegiatan-kegiatan menurut tempat dimana operasi berlokasi atau dimana satuan-satuan organisasi menjalankan usahanya.

3.  Model - Model Desain Organisasi
               Pada penerapannya, model desain orgranisasi terdiri dari 2 model, yaitu Desain organisasi Mekanistik dan Desain organisasi orgranik.
1)  Desain Organisasi Mekanistik.
·      Proses kepemimpinan tidak mencakup persepsi tentang keyakinan dan kepercayaan.
·      Proses motivasi hanya menyadap motif fisik, rasa, aman, dan ekonomik melalui perasaan takut dan sanksi.
·      Proses komunikasi berlangsung sedemikian rupa sehingga informasi mengalir ke bawah dan cenderung terganggu tidak akurat.
·      Proses interaksi bersifat tertutup dan terbatas, hanya sedikit pengaruh bawahan atas tujuan dan metode departemental.
·      Proses pengambilan keputusan hanya di tingkat atas, keputusan Relatif.
·      Proses penyusun tujuan dilakukan di tingat puncak original, tanpa mendorong adanya n partisipasi kelompok.
·      Proses kendali dipusatkan dan menekankan upaya memperhalus kesalahan.
2)  Desain Orgranisasi Orgranik.
·      Proses kepemimpinan mencakup persepsi tentang keyakinan dan kepercayaan antara atasan dan bawahan dalam segala persoalan.
·      Proses motivasi berusaha menimbulkan motivasi melalui metode Partisipasi.
·      Proses komunikasi berlangsung sedemikian rupa sehingga informasi mengalir secara bebas keseluruh orgranisasi yaitu ke atas ke bawah dan kesamping.
·      Proses interaksi bersifat terbuka dan ekstensif, baik atasan ataupun bawahan dapat mempengaruhi tujuan dan metode partemental.
·      Proses pengambilan keputusan dilaksanakan di semua tingkatan melalui proses kelompok.
·      Proses penyusunan tujuan mendorong timbulnya partisipasi kelompok untuk menetapkan sasaran yang tinggi dan realistis.
·      Proses kendali menyeber ke seluruh orgranisasi dan menekan pemecahan masalah dan pengendalian diri.
          Desain organisasi yang efektif tidak dapat berpedoman pada teori sebagai satu cara terbaik melainkan manajer harus menerima sudut pandang bahwa desain mekanistik atau desain organik lebih efektif bagi organisasi atau sub-sub untit di dalamnya.

4.  Implikasi Manajerial Desain dan Struktur Organisasi
Dapat menghasilkan struktur atau susunan yang berkualitas didalam suatu organisasi, karena ada teori yang mengatakan posisi adalah kualitas maka setiap orang yang menempati posisi yang ia kuasai dalam suatu organisasi akan menghasilkan kontribusi besar dalam suatu organisasi tersebut, itulah alasan mengapa diperlukan implikasi manajerial desain dan struktur organisasi.

BAB III
KESIMPULAN
     Dari hasil pembahasan yang telah di buat, maka dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi dan mengarahkan berbagai tugas yang berhubungan dengan aktivitas anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan Desain Struktur Organisasi diperlukan agar setiap orang yang menempati posisi atau wewenang nya menghasilkan kontribusi atau pengaruh besar dalam suatu organisasi.
Bottom of Form



DAFTAR PUSTAKA

·         https://duniatugasasri.wordpress.com/2013/06/11/teori-dan-arti-penting-kepemimpinan/
·         https://id.wikipedia.org/wiki/Struktur_organisasi
·         https://duniatugasasri.wordpress.com/2013/06/11/dimensi-struktur-organisasi/