Di
dalam kehidupan manusia, maupun kehidupan alam terdapat adanya
tingkatan/lapisan di dalamnya; pelapisan terdapat sebagai suatu kenyataan dalam
masyarakat. Pelapisan maksudnya adalah keadaan yang berlapis-lapis atau
bertingkat-tingkat. Dasar dan inti lapisan-lapisan di dalam masyarakat adalah
karena tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak, kewajiban, dan tanggung
jawab, serta dalam pembagian nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara
anggota masyarakat.
Sumber-sumber
seperti uang, tanah, pendidikan, akan menyebabkan adanya pelapisan. Jadi mereka
yang memiliki uang, tanah ataupun berpendidikan tinggi akan menempati lapisan
atas suatu masyarakat. Golongan lapisan tertinggi dalam suatu masyarakat
tertentu, dalam istilah sehari-hari juga dinamakan “elite”. Dengan demikian
pelapisan berarti bahwa dalam masyarakat ada sejumlah kelompok masyarakat yang
mempunyai posisi berbeda-beda dalam tata tertib sosial masyarakat, dimana
golongan-golongan itu mendapat atau menikmati hak-hak tertentu.
Setiap
individu sebagai anggota masyarakat mempunyai hak dan kewajiban tertentu. Hak
dan kewajiban akan terlihat dalam kedudukan (status) dan peran (role) yang
dijalankan individu tersebut. Kedudukan dan peranan merupakan unsur pembentuk
terjadinya pelapisan di dalam masyarakat. Yang dimaksud dengan kedudukan
adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Misalnya
status sebagai anak di dalam keluarga, status guru di sekolah ataupun status
Indonesia di organisasi PBB.
Kedudukan
hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan kedudukannya disebut peranan.
Peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta
kegiatan-kegitatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya. Dengan demikian,
peranan memiliki fungsi penting karena mengatur kelakuan seseorang dan pada
batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan orang lain.
Terjadinya
pelapisan sosial 1. Terjadi dengan sendirinya
Proses
ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun
orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas
kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu, tetapi berjalan secara
alamiah dengan sendirinya. Kedudukan seseorang pada suatu strata tertentu
adalah secara otomatis, misalnya karena usia tua, karena kepemilikan kepandaian
yang lebih, atau kerabat pembuka tanah, seseorang yang memiliki bakat seni atau
sakti.
2.
Terjadi dengan disengaja
Sistem
pelapisan ini disusun dengan sengaja ditujukan untuk mengejar tujuan bersama.
Di dalam pelapisan ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya wewenang dan
kekuasaan yang diberikan kepada seseorang. Sistem ini dapat kita lihat misalnya
di dalam organisasi pemerintahan, organisasi politik, di perusahaan besar.
Menurut sifatnya maka sistem
pelapisan dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi :
1.Sistem pelapisan masyarakat yang tertutup
Di dalam sistem ini perpindahan anggota
masyarakat ke lapisan yang lain baik ke atas maupun ke bawah tidak mungkin
terjadi, kecuali ada hal-hal yang istimewa. Satu-satunya jalan untuk dapat
masuk menjadi anggota dari suatu lapisan dalam masyarakat adalah karena
kelahiran. Sistem pelapisan tertutup kita temui misalnya di India yang
masyarakatnya mengenal sistem kasta.
2.Sistem pelapisan masyarakat yang terbuka
Di dalam sistem ini setiap anggota masyarakat
memiliki kesempatan untuk jatuh ke pelapisan yang ada di bawahnya atau naiki ke
pelapisan yang di atasnya. Sistem yang demikian dapat ditemukan misalnya di
dalam masyarakat Indonesia sekarang ini.
Kesamaan derajat
Indonesia
telah mencantumkan dalam pasal-pasal UUD 1945 hak-hak asasi manusia. Pasal 27
(1) UUD 1945 menyatakan bahwa, tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal 29 (2) menyatakan bahwa Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayannya itu.
Elite dan Massa
Dalam
cara pemakaiannya yang lebih umum elite dimaksudkan: “posisi di dalam
masyarakat di puncak struktur-struktur sosial yang terpenting, yaitu posisi
tinggi di dalam ekonomi, pemerintahan, aparat kemiliteran, politik, agama,
pengajaran dan pekerjaan-pekerjaan dinas.” Tipe masyarakat dan sifat kebudayaan
sangat menentukan watak elite. Dalam masyarakat industry watak elitnya berbeda
sama sekali dengan elite di dalam masyarakat primitive.
Istilah
massa dipergunakan untuk menunjukkan suatu pengelompokkan kolektif lain
yang elementer dan spontan, yang dalam beberapa hal menyerupai crowd, tetapi
yang secara fundamental berbeda dengannya dalam hal-hal yang lain. Massa diwakili
oleh orang-orang yang berperan serta dalam perilaku, missal seperti mereka yang
terbangkitkan minatnya oleh beberapa peristiwa nasional, mereka yang menyebar
di berbagai tempat, mereka yang tertarik pada suatu peristiwa pembunuhan
sebagai diberitakan di dalam pers atau mereka yang berperan serta dalam suatu
migrasi dalam arti luas.
Ciri-ciri massa adalah :
1.
Keanggotaannya berasal dari semua
lapisan masyarakat atau strata sosial, meliputi orang-orang dari berbagai
posisi kelas yang berbeda, dari jabatan kecakapan, tingkat kemakmuran atau
kebudayaan yang berbeda-beda. Orang bisa mengenali mereka sebagai masa misalnya
orang-orang yang sedang mengikuti peradilan tentang pembunuhan misalnya melalui
pers.
2.
Massa merupakan kelompok yang
anonim, atau lebih tepat, tersusun dari individu-individu yang anonim
3.
Sedikit interaksi atau bertukar
pengalaman antar anggota-anggotanya.
Study Kasus
Orang-orang
akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena adanya
kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau bersaing,
dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas.
Contoh: Seorang
anak miskin berusaha belajar dengan giat agar mendapatkan kekayaan dimasa
depan.
Mobilitas
sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah
yang lebih baik.
Contoh:
Indonesia yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat
industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung oleh sumber daya
yang memiliki kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan peningkatan dalam
bidang pendidikan.
Transportasi
jika ditilik dari sisi sosial lebih merupakan proses afiliasi budaya dimana
ketika seseorang melakukan transportasi dan berpindah menuju daerah lain maka
orang tersebut akan menemui perbedaan budaya dalam bingkai kemajemukan
Indonesia. Disamping itu sudut
pandang sosial juga mendeskripsikan bahwa transportasi dan pola-pola
transportasi yang terbentuk juga merupakan perwujudan dari sifat manusia.
Contohnya, pola pergerakan transportasi penduduk akan terjadi secara massal dan
masif ketika mendekati hari raya. Hal ini menunjukkan perwujudan sifat manusia
yang memiliki tendesi untuk kembali ke kampung halaman setelah lama tinggal di
perantauan.
Pada
umumnya perkembangan sarana transportasi di Indonesia berjalan sedikit lebih
lambat dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Malaysia dan Singapura.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan regulasi pemerintah masing-masing negara
dalam menangani kinerja sistem transportasi yang ada. Kebanyakan dari Negara
maju menganggap pembangunan transportasi merupakan bagian yang integral dari
pembangunan perekonomian. Pembangunan berbagai sarana dan prasarana
transportasi seperti halnya dermaga, pelabuhan, bandara, dan jalan rel dapat
menimbulkan efek ekonomi berganda (multiplier effect) yang
cukup besar, baik dalam hal penyediaan lapangan kerja, maupun dalam memutar
konsumsi dan investasi dalam perekonomian lokal dan regional.
Kurang
tanggapnya pemerintah dalam menanggapi prospek perkembangan ekonomi yang dapat diraih
dari tansportasi merupakan hal yang seharusnya dihindari. Sistem transportasi
dan logistik yang efisien merupakan hal penting dalam menentukan keunggulan
kompetitif dan juga terhadap pertumbuhan kinerja perdagangan nasional dalam
ekonomi global. Jaringan urat nadi perekonomian akan sangat tergantung pada
sistem transportasi yang andal dan efisien, yang dapat memfasilitasi pergerakan
barang dan penumpang di berbagai wilayah di Indonesia.
Seperti
yang dijelaskan diatas seiring dengan berkembangnya sector industri dan
teknologi transportasi terjadi perubahan juga dari “kebutuhan” menjadi “gaya
hidup”. Seseorang enggan menggunakanangkutan kota dan lebih
memilihberkendara sengan kendaraan pribadi karena lebih efisian.maksudnya dapat
sampai ditempat tujuantanpa harus berganti kendaraan.Selain itu kendaraan
pribadi memberi nilai lebih bagi pemiliknya. Mereka yang mempunyai kendaraan
lebih bagus atau mewah dari pada yang lain maka akan berkedudukan diatas yang
lainnya yang tidak mempunyai kendaraan yang lebih mewah. Mewah tidaknya
kendraan dan banyaknya kendaraa pribadi yang dimiliki menempatkan pemiliknya
pada status social yang lebih tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar